IMPAKSI CANINUS ;

IMPAKSI CANINUS ;
adalah gigi yang tidak dapat atau tidak akan erupsi menempati posisi fungsional yang normal dan juga dapat patologis serta membutuhkan terapi yang adekuat
Gigi kaninus merupakan yang terbanyak mengalami impaksi setelah gigi molar ketiga mandibula dan maksila.
Insidensi 0,92% dari total gigi impaksi.


Terapi untuk gigi impaksi lainnya terutama gigi kaninus maksila dan mandibula meliputi :

  • surgical exposure (dengan atau tanpa alat ortodontik)
  • transplantation,
  • removal.

 Etiologi

Lokal
  • prolonged deciduous tooth retention,
  • malposed tooth germs,
  • arch-length deficiency,
  • supernumerary teeth,
  • Odontogenic tumors
  • abnormal eruption path,
  • cleft lip and palate
sistemik
  • Syndrome cleidocranial dysplasia
  • Defisiensi endokrin
  • Down syndrome
  • radiasi
Jacoby  membagi impaksi kaninus di maksila menjadi impaksi dibagian labial dan palatal.
Penyebab gigi kaninus impaksi dibagian labial adalah defisiensi dari lengkung rahang.
Gigi kaninus berada dipalatal jika terdapat kehilangan ruangan ekstra di tulang palatal, agenesi, atau bentuk yang abnormal dari gigi insisif lateral, kekurangan stimulasi erupsi dari I2 dan P1
Bishara mengatakan bahwa keberadaan dari gigi insisif lateral dengan panjang dan waktu erupsi yang normal merupakan ‘guide’ erupsi kaninus pada tempatnya.

Maxillary impacted cuspid ;

Class I: Impacted cuspid located in palate

Horizontal
Vertical
Semi verticals
Class II: Impacted cuspid located in the labial or bucal surface of the maxilla

Horizontal
Vertical
Semi verticals
Class III: Impacted cuspid located in both the palatal process and  labial or bucal maxillary bone
Class IV:Impacted cuspid located in the alveolar process, usualy vertically between incissor and first bicuspid
Class V: Impacted cuspid located in an edentulous maxilla

Masalah klinis yang berkaitan dengan impaksi gigi permanen

  • Maloklusi
  • Kehilangan panjang lengkung gigi
  • migrasi / hilangnya gigi tetangga
  • Penyakit periodontal
  • Resorpsi dari gigi tetangga
  • Resorpsi (internal /external) pada gigi impaksi
  • Dentigerous cysts
  • Odontogenic tumors  
  • Pericoronitis.
Diagnosa klinis :
Inspeksi : gigi tidak dalam posisi normal/ absen
Radiologis
Diagnosa klinis harus ditunjang dengan pemeriksaan radiograf.
Pemeriksaan radiograf harus memberikan gambaran dari sumbu panjang gigi kaninus, posisi  dari mahkoa dan apeks akar terhadap gigi tetangga pada dimensi vertikal, mesiodistal dan labiopalatal.
gigi kaninus impaksi dapat dievaluasi secara akurat dengan menggunakan 2 foto periapikal dan 1 foto oklusal.
Pada foto polytomogram dapat didiagnosa resorpsi akar secara akurat
Untuk evaluasi secara optimal dari gigi kaninus yang ektopik didapatkan pada usia 10-13 tahun.
Pada sebuah penelitian  membandingkan radiograf konvensional dengan CT scan, menunjukkan ct lebih baik untuk menampilkan bentuk gigi dan akar serta relasi mahkota dengan akar, inklinasi dari gigi.
Untuk menentukan posisi dari gigi kaninus yang impaksi dapat dipergunakan radiograf  dengan cara menggeser tube secara horizontal.
Jika gigi yang tidak erupsi bergerak pada arah yang sama maka gigi terletak di lingual atau palatal.
Jika gigi bergerak pada arah yang berlawanan dengan tube maka gigi terletak di bagian bukal/fasial.
Jika digunakan dua radiograf yang diambil dari angulasi vertikal yang berbeda maka objek yang terletak di sisi bukal akan berada di inferior bila sinar diarahkan ke inferior.
Sedangkan bila objek berada di lingual atau palatal akan bergerak ke superior.
Foto periapikal dan oklusal akan memberikan dua gambaran yang berbeda dari gigi

Surgical Treatment
Terapi : berdasarkan evaluasi klinis dan radiologis ; faktor resiko
Pembedahan  : gigi dengan kumpulan gejala, (infeksi, pembentukan kista, resorpsi akar gigi tetangga&/ gigi impaksi)
Terapi untuk gigi asimptomatik harus mempertimbangkan:

  •  faktor usia,
  •  prevalensi kondisi patologis,
  •  potensi komplikasi dan ketidaknyamanan dari terapi,
  •  faktor ekonomi, serta terapi lanjutan.

Surgical exposure

  • Prosedur ini memungkinkan gigi impaksi untuk erupsi secara alamiah.
  • Gigi diobservasi pasca prosedur ini selama 24 bulan (Öhman and Öhman)
  • Prosedur ini sering dikombinasikan dengan alat ortodonti  ;  ‘guide’ gigi pada posisi ideal.

Transplantasi

  • Teknik ini digunakan pada pasien yang tidak dapat dilakukan perawatan ortodonti ckonvensional untuk menggerakkan gigi kaninus atau premolar.
  • Sagne & Thilander menganjurkan teknik dengan exposure yang luas pada gigi impaksi, kemudian gigi dipindahkan pada possisi lengkung  yang normal dan kemudian dilakukan stabilisasi dengan alat ortodonti.
  • Perawatan Endodontic dimulai pada minggu ke 6-8 dari prosedur ini dengan menggunakan pasta kalsium hidroksida.
  • Pengisian saluran akar dilakukan satu tahun setelah transplantasi.

Surgical removal 
Prosedur ini ditempuh apabila tidak tersedia metode terapi lainnya.
Komplikasi
  • Hematom
  • Discomfort
  • Edema











Comments

Popular posts from this blog

Daftarkan Blog Anda ( Blog Directory)

Jenis - Jenis Cengkeram

RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI