Trigeminal Neuralgia

Trigeminal Neuralgia (TN) sering disebut “Tic Doloureux”, adalah salah satu gangguan nyeri yang paling sakit dan melemahkan badan. TN dikarakteristikkan oleh kekambuhan secara tiba-tiba, nyeri yang tajam, seperti tersengat listrik, yang hampir keseluruhan adalah bersifat unilateral. Semata-mata berhubungan dengan distribusi saraf trig paeminal, bertipe pemicu rabaan, dan tanpa kekurangan saraf sensorik. Ini bersifat idiopatik (primer) yang menyebabkan lesi structural yang melibatkan system trigeminal atau berhubungan dengan beberapa proses neurological lainnya. Presentasi nyeri wajah neurogenic pada beberapa pasien bersifat atypical (tidak teratur). Atypical facial pain ini dimulai sebagai nyeri yang menyebar, susah dilokalisasi, yang digambarkan sebagai nyeri tumpul, sakit, terbakar, berdenyut, perlahan. Perawatan medis awal biasanya adalah terapi obat anticonvulsant, tricyclic antidepressant, dan reseptor modulator dalam satu atau kombinasi regimen. Terapi farmakologi efektif untuk beberapa pasien, bagaimanapun untuk beberapa, pengobatan ini tidak mengurangi nyeri dan/atau menghasilkan efek samping yang tidak dapat ditoleransi dengan pengobatan signifikan dan morbiditas fungsional.

Trigeminal neuralgia yang biasa disebut tic doloureux adalah salah satu dari rasa nyeri yang menyebabkan kelainan pada daerah kraniofasial. Sejarah dari trigeminal neuralgia menggambarkan dampak dari penyakit tersebut yang merugikan penderita dan perkembangan dari berbagai teori yang disebabkan karena obat dan tindakan pembedahan.
Trigeminal neuralgia tidak secara baik mendeskripsikan tentang pengobatan kuno dan sampai pada abad ke 11 sejak deskripsi mengenai masalah tersebut berhubungan dengan literature pengobatan. Masalah trigeminal neuralgia biasanya digambarkan dengan spasme yang berat pada wajah tanpa diikuti hilangnya kekuatan atau sensasi. Hubungan rasa nyeri dengan rahang dan akar gigi juga menjadi catatan. Pada waktu tertentu salah satu perawatan yang direkomendasikan adalah dengan anggur atau istirahat pada ruangan yang gelap. Perawatan di rumah tidak disarankan untuk saat ini.
Pembicaraan pertama terhadap penyakit ini dideskripsikan oleh seorang dokter jerman bernama johanes laurentius bausch. Seorang dokter perancis, Nicolaus andre (1756) percaya bahwa dengan semakin meluaskan deskripsi akan memberikan suatu gambaran klinis terhadap trigeminal neuralgia dan dia yang pertama kali memperkenalkan istilah ’tic doloureux’. Pasien pertamanya dengan trigeminal neuralgia mempunyai masalah pada beberpa gigi yang dilakukan ekstraksi, tetapi pengalaman dia tidak memberikan pertolongan pada rasa nyeri dari pasien itu.
Penyakit yang ringan dan dapat ditolerir, sesuai asal sumber nyeri yang tajam dan tidak nyaman.menurut saya mulai tic douloureux pada saat malam dan siang hari, tidak dapat tidur dan menhalangi fungsi tubug yng penting untuk hidup, seperti terjadi kegelisahan sesuai frekuensi dan mereka jarang diberikan 5 atau 6 menit ketenangan selama beberapa jam.pasien tidak makan, minum, batuk dan membersihkan muka.
karakteristik TN ditandai serangan nyeri mendadak yang hebat dan ditusuk-tusuk sperti sengatan listrik.dan nyeri ini temasuk idiophatic ( primary ) atau secondary yang disebabkan oleh struktur lesi yang melibatkan sistem trigeminal atau gabungan dengan beberapa proses neurological.Idiophatic ( primary) Tn yang umum di daerah kepalapada orang yang umurnya lebih dari 50 tahun, selama setahun timbulnyabitu 4 : 100,000 populasi


Serangan rasa nyeri secara spontan, biasanya terjadi beberapa detik hingga menit, kejadian itu mungkin dapar berulang atau singkat
Serangan pada setiap individu terkadang berlebihan dan jarang terjadi pada saat tidur
Insiden terjadinya TN lebih banyak pada sisi kanan wajah, di atas usia 40 th, dan lebih banyak pada wanita
Criteria klinis dari idiopatik diagnosa ( primer ) dari TN antara lain :
a) Severe, nyeri proksimal
b) Unilateral pain
c) Nyeri yang terbatas, yang ditrisbusikan oleh nervus trigeminal
d) Dapat dirasakan pada trigger area
e) Tidak ada penurunan neuron sensor

Diagnosa craniofacial pain merupakan hal yang seringkali susah dilakukan. Hal ini disebakan oleh kekompleksan dan kesamaan gejala serta luasnya variasi skema pengklasifikasian dan pengkategorian proses penyakit.
Banyaknya klasifikasi yang dikembangkan oleh berbagai organisasi dengan tujuan membantu para dokter (clinician) seringkali tidak praktis dan membingungkan karena banyak penyakit yang tidak pas/sama persis dengan skema klasifikasi.
Hal pertama yg dilakukan untuk mendiagnosa craniofacial pain adalah memisahkan neuralgic yang sering dibagi dalam trigeminal nerve infolvement dan cephalic nerve involvement yang lain, baik cranial nerve branches ataupun cervical plexus branches.
Dilema diagnosa Trigeminal neuralgia yang memiliki kelompok spesifikasi khusus adalah antara trigeminal neuralgia primer (idiophatic/classical) dan t n sekunder (yang disebabkan karena luka struktural?).
Diagnosa lebih lanjut dapat meliputi: imaging, neurophysiologic testing, psychologic testing, nerve block, muscle injections, intravenous drug administrations, lumbar puncture for cerebrospinal fluid analysis, hematologic testing and biopsy ketika dibutuhkan.
Karangan ini akan membahas tentang 2 kasus pasien dengan facial pain yang dilengkapi dengan evaluasi diagnosa dan penanganannya secara individu/individu penanganannya.
Kedokteran dan kedokteran gigi keduanya dilibatkan dengan evaluasi dan perawatan pasien dengan nyeri craniofasial. Ini menunjukkan bahwa banyak pasien dengan tipe masalah tersebut tidak dapat di diagnosa, salah diagnosa dan terdapat diagnosa multiple dan sebagai prioritas. Sedangkan diagnosa kriteria untuk TN adalah sakit spesifik,bukan semua pasien dengan sejarah klasik dan biasanya latihan fisik memberikan informasi yang dikacaukan dengan neurogenik dan bukan nyeri neurogenik kepala dan leher. Untuk menghindari masalah dan mencocokkan penyakit yang spesifik harus efektif. Perawatan yang biasa dipakai untuk idiopatik TN yaitu perawatan medis dan operasi dalam pengobatan. Obat-obatan terdiri dari farmakologi dan non farmakologi, perawatan dengan operasi terdiri dari banyak pheripheral dan intracranial neuroblative prosedur. Perawatan medis biasanya dengan terapi farmakologi dengan obat yaitu carbamazepin (Tegretol), Baclofen (Lioresal), gabapentin ( neurontin), topiramate (topamax), phenitoin (dilantin) atau clonazepam ( klonopin) dalam satuan atau kombinasi. Farmakologi biasanya efektif pada beberapa pasien, etapi bagaimanapun, pengobatan idak signifikan dan kadang tidak dapat ditoleransi. Bila perawatan medis tidak dapat dioleransi, maka operasi sangat disarankan.

Jika perawatan dengan menggunakan operasi telah diperlukan, terdapat beberapa jenis prosedur pembedahan yang dianjurkan yaitu:
a. Percutaneous stereotactic radiofrequency thermal rhizotomy (RTR)
b. Glycerol rhizolysis (GR)
c. Ballon compression (BC)  dilakukan pada ganglion n.trigeminus
d. Posterior fossa exploration
e. Gamma knife radiosurgery (GKR)
Masing-masing dibandingkan menurut efisiensinya, efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi.

Pada prosedur perkutaneus, RTR memiliki banyak kelebihan yang lebih diunggulkan, berdasarkan hasil jangka panjang yang diperoleh bila prosedur ini dilakukan. RTR adalah sebuah teknik pengontrolan rasa panas pada sabut saraf ganglion n.trigeminus atau percabangan saraf, yang dapat mengurangi rasa nyeri dengan pemeliharaan relative terhadap sentuhan dan rangsangan-rangsangan komplek lainnya yang dilakukan terhadap wajah. RTR juga dapat menguji adanya pre-lesi yang dapat menyebabkan lesi hanya pada divisi saraf, tempat prosedur ini dilakukan. RTR juga dapat menguji adanya lesi, yang dapat meningkatkan level hipalgesia/parestesia dan juga dapat menghindari efek samping, tapi tetap mengutamakan proses penghilangan rasa nyeri. Penghilangan rasa nyeri pada masa awal setelah prosedur RTR adalah sama atau lebih baik dibanding prosedur lainnya, resiko rekurensi kecil, efek samping dan komplikasi lebih sedikit dan minimal abnormalitas fungsi yang dapat terjadi pada bagian lain yang juga dipersarafi oleh divisi, tempat prosedur ini dilakukan.
Gliserol rhizolosis tidak dibagi secara spesifik, mempunyai tingkat rekurensi yang tinggi ( kurang lebih 50% ) dan sebanding dengan disesthemia. Baloon kompresi dari dari ganglion juga tidak dibagi secara spesifik , dapat menyebabkan bradikardi dan hipotensi, selama berjalan, mempunyai angka kejadian tinggi dan disfungsi masticatory,ketidaknormalan saraf cranial yang lain, dan tidak berjalan lama. Decompresi microvaskular ( MVD ) sangat efektif , tidak memproduksi sensory deficit, tapi mempunyai beberapa ketidakuntungan dibandingkan dengan RTR. MVD memerlukan craniotomy dengan penarikan kembali cerebellum dan brainstem.
Beberapa komplikasi, khususnya kondisi pada bertambahnya resiko pada general anestesi dan craniotomy, resiko disfungsi cerebellar , kehilangan pendengaran , dan facial palsy. MVD secara rutin adalah prosedur yang aman dan efektif.
Baru-baru ini , beberapa studi mengakui Gamma Knife radiosurgery , diperlukan untuk invasive prosedur, tidak menybabkan facial numbness dan tidak ada efek samping.

Comments

  1. mohon dijelaskan pengertian mengenai hipalgesia

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Daftarkan Blog Anda ( Blog Directory)

Jenis - Jenis Cengkeram

RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI